Di Indonesia disebut temu putih, temu kuning.
Nama daerah: koneng tegal (Sunda), temu pepet (jawa)
Sinonim : Curcuma paliida Lour (Heyne, 1987)
Nama asing: White Tumeric (Inggris), Kencur atau Ambhalad (India), dan cedoaria (Spanyol), Er-chu (China).
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Curcuma
Jenis : Curcuma zedoaria (Berg.) Rosc. (Backer and Van den Brink, 1968).
Tumbuhan ini berupa terna tahunan, tinggi mencapai 2 m, tumbuh tidak berkelompok. Daun berbentuk lanset memanjang berwarna merah lembayung di sepanjang tulang tengahnya. Bunga keluar dari rimpang samping, menjulang ke atas membentuk bongkol bunga yang besar. Mahkota bunga berwarna putih, dengan tepi bergaris merah tipis atau kuning. Rimpang berwarna putih atau kuning muda, rasa sangat pahit (Windono dkk, 2002).
Curcuma zedoaria (Rosc), Menurut Hong, Kim, Lee, tumbuhan ini berasal dari Himalaya, India, dan terutama tersebar di negara-negara Asia meliputi China, Vietnam, dan Jepang. Curcuma zedoaria (Rosc) tumbuh liar di Sumatra (Gunung Dempo), di hutan jati Jawa Timur, banyak dijumpai di Jawa Barat dan Jawa Tengah, di ketinggian sampai 1000 dpl (Windono dkk, 2002).
Secara tradisioal digunakan sebaagi antimikroba dan antifungal (Witson et al., 2005). Shiobara et al. (1985) mengidentifikasi senyawa cyclopropanosesquiterpene, curcumenone dan 2 spirolactones, curcumanolide A dan curcumanolide B. Pada shoots muda dari C. zedoaria mengandung (+)-germacrone-4,5-epoxide, sebuah intermediet kunci pada biogenesis a germacrone-type sesquiterpenoids. Di negara Brazil, di gunakan sebagai obat penurun panas. Aktivitas ini dikarenakan adanya senyawa yang bertanggung jawab yaitu curcumenol (Navvaro et al., 2002). Kandungan kimia rimpang Curcuma zedoaria Rosc terdiri dari : kurkuminoid (diarilheptanoid), minyak atsiri, polisakarida serta golongan lain. Diarilheptanoid yang telah diketahui meliputi : kurkumin, demetoksikurkumin, bisdemetoksikurkumin, dan 1,7 bis (4-hidroksifenil)-1,4,6-heptatrien-3-on (Windono dkk, 2002).
Minyak atsiri berupa cairan kental kuning emas mengandung : monoterpen dan sesquiterpen. Monoterpen terdiri dari : monoterpen hidrokarbon (alfa pinen, D-kamfen), monoterpen alkohol (D-borneol), monoterpen keton (D-kamfer), monoterpen oksida (sineol). Seskuiterpen pada Curcuma zedoaria terdiri dari berbagai golongan dan berdasarkan penggolongan yang dilakukan terdiri dari : golongan bisabolen, elema, germakran, eudesman, guaian dan golongan spironolakton. Kandungan lain meliputi : etil-p-metoksisinamat, 3,7-dimetillindan-5-asam karboksilat (Windono dkk, 2002).
Singh et al (2002) melaporkan kandungan minyak atsiri pada Curcuma zedoaria berupa 1,8 cineol (18.5%), cymene (18.42%), α-phellandrene (14.9%).
Golongan seskuiterpen yaitu β-Turmerone dan ar-turmeron yang diisolasi dari rhizoma Curcuma zedoaria menghambat produksi prostaglandin E2 terinduksi lipopolisakarida (LPS) pada kultur sel makrofag tikus RAW 264.7 dengan pola tergantung dosis (IC50 = 7.3 μM untuk β-turmerone; IC50 = 24.0 μM untuk ar-turmerone). Senyawa ini juga menunjukkan efek penghambatan produksi nitric oxide terinduksi LPS pada sistem sel (Hong et al., 2002).
Aktivitas antioksidan
Senyawa yang beraksi sebagai antioksidan kemungkinan adalah 5-isopropylidene-3,8-dimethyl-1(5H)-azulenone (Mau et al., 2003).
Pada pengobatan Cina, Curcuma zedoaria telah digunakan pada treatment kanker serviks.
Ekstrak air dari C. zedoaria menunjukkab aktivitas antimutagenik terhadap mutasi yang diinduksi benzo[α]pyrene pada Salmonella/microsomal system (Lee and Hin, 1988).
Polisakarida dan protein-terikat polisakarida C. zedoaria menunjukkan penghambatan pada sarcoma-180 dan Echrlich ascites tumor pada tikus, secara berurutan (Mon et al, 1985). Lebih lanjut, 2 derivat seskuiterpen (curcumol dan curdione) dari C. zedoaria menujukkan sitotoksik terhadap sarcoma-37, Echrlich ascites tumor, dan cervical carcinoma-U14 pada tikus.
Fraksi polisakarida, CZ-1-III menurunkan ukuran tumor pada tikus dan mencegah mutasi kromosomal (Kim et al., 2000).
Ekstrak etanol rimpang Curcuma zedoaria menunjukkan aktivitas menghambat sel-sel OVCAR-3 (Cell-line kanker ovarium manusia). Isolasi yang dipantau dengan bioaktivitas hambatan terhadap sel OVSCAR-3 menghasilkan senyawa aktif demetoksi kurkumin (Syu et al., 1998).
Ekstrak etanol 70% turmeric memperlihatkan penghambatan pada sel normal dan bersifat sitotoksis pada sel lymphoma pada konsentrasi 0,4 mg/ml. Ekstrak etanol turmeric juga menunjukkan penghambatan fase mitosis pada sel mamalia secara in vitro dengan menghambat pembentukan kromosom (Mills and Bone, 2000).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar